Laman

Rabu, 29 Desember 2010

Yahudi dan Zionisme, Upaya Menggenggam Dunia

Catatan Kajian KIK pertemuan 5 sesi 2 
KIK [Kajian Islam Kontemporer] Part 2 
Pemateri : Ust. Ihsan 
Rabu, 29 Desember 2010 pukul 4.45 s.d 6.30 WIB 


Dalam Al-Qur’an surah Fathir (31):44, Allah menganjurkan kepada kita untuk berjalan-jalan di muka bumi agar kita dapat mengetahui keadaan kaum-kaum yang lain melalui ciptaan-Nya. Ayat tersebut mengajurkan kita untuk melanglang buana mencari tahu ilmu pengetahuan. Dengan berjalan-jalan di muka bumi, maka akan muncul pengetahuan dan kearifan tentang dunia luar.

Bahasan kali ini adalah mengenai Yahudi dan Zionisme. Apakah yang ada di benak kita jika kita mendengar kata Yahudi? Pasti sebagian besar orang berpendapat langsung bahwa Yahudi erat kaitannya dengan misi zionisme. Kita rata-rata tidak bisa membedakan antara Yahudi sebagai sebuah kepercayaan dan Zionisme sebagai sebuah ideologi. Pandangan ini wajar karena di dalam al-qur’an lebih banyak menceritakan tentang Yahudi dan kebanyakan yang diceritakan adalah keburukan-keburukannya. Pandangan kita menyamaratakan antara Yahudi dengan Zionisme. Sama seperti orang-orang barat ketika mendengar Islam, pasti langsung dikaitkan dengan teroris. Hanya saja kita tidak merasakannya karena kita berada di Indonesia yang sebagian besar muslim. Jika kita berada di negara liberal yang memusuhi Islam, sangat terasa diskriminasi yang diperlakukan oleh mereka dan sering dicap sebagai teroris. Padahal teroris tersebut adalah konspirasi dari barat itu sendiri.

Mereka (pembenci Islam) tidak mengerti Islam kecuali dari apa yang telah dikatakan oleh pembesar mereka. Yahudi merupakan suatu bangsa atau komunitas yang juga berlaku sebagai dien. Yahudi berbeda konsep dengan Nasrani ataupun Islam. Islam atau Nasrani bersifat komunal, artinya agama tersebut tidak berdasarkan nasab atau keturunan. Islam maupun Nasrani, ketika melakukan ekspansi, tujuannya adalah untuk memperbanyak jumlah pemeluknya. Tetapi tidak dengan Yahudi. Ketika Yahudi melakukan ekspansi ke suatu negara tertentu, mereka memiliki tujuan untuk menguasai daerah tersebut dan menjadikan dirinya sebagai pemimpin. Sifat mereka eksklusif karena agama itu merupakan komunitas yang berdasarkan keturunan. Tidak sembarang orang bisa mengaku beragama Yahudi jika tidak ada garis keturunan dari bangsa tersebut. Yahudi memang sering disebut dalam Al-qur’an dengan sifat-sifat keburukannya, tapi juga tidak menutup kemungkinan ada orang yahudi yang baik. Tetapi zionis tidak ada yang baik. Sama seperti Islam bahwa ada orang Islam yang berkelakuan tidak baik. Dalam hal ini bukan bermaksud menebar kebencian kerangka kebencian atau menanamkan kecintaan kepada Yahudi. Islam mengajarkan bahwa jika ada orang-orang yang memusuhi Islam, maka kita harus menunjukkan sikap kita. ketika kita bertemu dengan seorang Yahudi, maka kita tidak dianjurkan untuk langsung memusuhi, tetapi harus bersikap waspada terhadapnya karena Al-qur’an sudah menceritakan karakter kaum yahudi demikian.

Rekam jejak kaum Yahudi di Al-qur’an:
  • Mengaku anak Allah QS Al-Ma’idah (5):18. Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).”
  • Musuh utama orang beriman QS Al-Ma’idah (5):82. “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” Pendusta para Nabi dan selalu melakukan kemungkaran QS Al-Ma’idah (50):70. Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” Orang Yahudi juga memebunuh nabi-nabi mereka. Nabi yang dibunuh adalah nabi Zakaria dan nabi Yahya. Nabi Zakaria merupakan ayah dari Nabi Yahya. Pada zaman Nabi Yahya, ada seorang raja Yahudi, Herodes, yang hendak menikah dengan Herodia yang masih memiliki hubungan kekeluargaan. Melihat kemungkaran tersebut, Nabi Yahya mencegah raja Herodes untuk menikahi herodia yang merupakan saudara perempuannya sendiri. Melihat hal tersebut, Herodia meminta kepada Herodes untuk membunuh Nabi Yahya sebagai maskawinnya. Lalu kemudian dibunuhlah Nabi Yahya. Tak hanya itu, Nabi Zakaria pun dicari untuk dibunuh karena telah melakukan dosa, yaitu sebagai ayah dari Nabi Yahya. Allah menolong Nabi Zakaria dengan dibukakannya pohon yang besar dan Nabi Zakaria masuk ke dalam pohon tersebut. Pasukan Herodes tersebut sulit mencari Nabi Zakaria. Namun tak berhenti sampai di sini. Yahudi yang merupakan sekutu syaithon pun dubantu oleh syaithon untuk mengetahui persembunyian Nabi Zakaria. Setan memberi tahu kepada Herodes bahwa Nabi Zakaria bersembunyi di dalam sebuah pohon. Maka Herodes dengan pasukannya langsung menebas habis pohon tersebut dan Nabi Zakaria pun ikut terbunuh bersama pohon.

  • Pelaku dosa dan pemakan harta haram QS Al-Ma’idah (5):62. Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.” Pendiri bank sentral pertama di dunia adalah orang Yahudi, yaitu Bank central of London.

  • Tercela dan durhaka QS Al-Ma’idah (5):62.Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.”

  • Hati mereka hitam QS Al-Ma’idah (5):87-88. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” Dan masih banyak lagi.


Sekali lagi kita tidak dianjutkan untuk membenci mereka, tetapi bersikap waspada dan tegas jika mereka mengancam kita. kita telah mengetahui bangsa Yahudi adalah bangsa yang demikian dari bukti-bukti kisah dalam Al-Qur’an. Jika kita ingin melakukan suatu proyeksi, maka yang paling penting adalah data-data sebelumnya. Telah kita ketahui sifat-sifat dari bangsa Yahudi sehingga sepatutnya kita berhati-hati terhadapnya.

Yahudi pun memerangi Rasulullah. Mereka memerangi Ra’sul dengan 3 cara yaitu,
Dengan menggunakan kata-kata kotor, caci maki, memutarbalikkan kata-kata, serta menafsirkan ayat seenaknya QS An-Nisa’ (4):46 dan QS Ali Imron (3):72
Dengan cara bersekongkol dengan kaum munafik dan quraisy Mekkah.
Menghasut orang-orang untuk menyerang Madinah

Suatu ketika ada seorang umat Islam yang tidak sengaja terbunuh oleh Bani Nadhir (salah satu komunitas Yahudi di Madinah). Mendengar berita tersebut, Nabi Muhammad beserta para shahabat mendatangi tempat kediaman Bani Nadhir tersebut untuk mengenakan denda. Ketika sampai di tempat, Nabi dan para shahabat disambut oleh kepala Bani Nadhir tersebut dan yahudi tersebut sepakat untuk membayar denda kepada Nabi Muhammad.

Rasul dan para shahabatnya diminta untuk tunggu di luar sebentar, sementara kepala Bani Nadhir tersebut mengambil uang untuk membayar denda. Namun ketika di dalam, dia merencanakan pembunuhan kepada Ra’sul dan para shahabatnya dengan menjatuhkan sebuah batu besar dari atap rumah. Ketika itu, malaikat Jibril langsung memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad bahwa beliau akan dibunuh. Mendengar itu, Nabi dan shahabat langsung masuk ke rumah kepala Bani Nadhir tersebut dan saat itu pula, sebuah batu besar jatuh dari atap menimpa tempat saat Nabi dan shahabat berdiri. Karena kejadian tersebut, puncaknya Ra’sul mengusir bangsa Yahudi (Bani Qainuqo, Bani Nadhir, Bani Quraizhoh) setelah perang ahzab.

Penulis : Iwan Nurfahrudin
dari Kajian Islam Kontemporer PPSDMS regional 2 Bandung


selanjutnya...

Kajian Islam Kontemporer part 1

Catatan Kajian 
KIK [Kajian Islam Kontemporer] PPSDMS reg.2 Bandung 
Pemateri Ust. Ihsan 
Selasa, 28 Desember 2010 pukul 21.00 s.d 22.45 WIB 


Masih segar dalam dua hari yang lalu tentang kekalahan Indonesia atas Malaysia di leg 1 final AFF Suzuki Cup 2010. Beberapa hari sebelum pertandingan final, timnas melakukan istighosah akbar agar diberi kemudahan dalam pertandingan, sedangkan timnas Malaysia sibuk berlatih untuk menghadapi partai final tersebut. apa yang dilakukan oleh timnas tersebut melanggar sunnah kauniyah. Dalam keadaan tersebut, seharusnya timnas melakukan latihan agar mendapat hasil yang maksimal yang tentunya terlepas dari masalah laser penonton. Istighosah pada saat tersebut tidaklah tepat. Pada zaman Rasulullah ketika perang, yang dilakukan pasukan kaum muslimin adalah latihan perang, bukan istighosah yang seperti kemarin-kemarin dilakukan timnas. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk berikhtiar agar mendapat hasil yang maksimal. Umar bin Khatab pernah mengusir orang di masjid yang berdoa dari ba’da subuh sampai menjelang duhur. Orang tersebut berdoa agar Allah memberikan rizki kepadanya. Tetapi yang dilakukan Umar adalah mengusirnya. Dengan tegas Umar berkata kepadanya, “Keluar kamu..! jangan engkau melecehkan Allah dengan sikapmu yang seperti ini. Allah tidak akan memberikan rizki kepadamu”. Hal ini menyimpulkan bahwa untuk mencapai target tertentu tidak hanya do’a yang kita perlukan, tetapi juga ikhtiar.

Pengalaman ketika beliau ke China beberapa bulan lalu, sebelum berangkat beliau beranggapan bahwa China adalah negara berkembang yang baru saja mengalami pertumbuhan eknonomi yang pesat. Namun tetap yang namanya negara berkembang sama seperti Indonesia kondisinya. Itulah yang pertama kali beliau pikirkan sebelum berangkat ke China, namun setelah beliau sampai di China, anggapan tersebut hilang ketika melihat kondisi China sama seperti negara-negara maju lainnya. China berhasil menanamkan prinsip fundamental dalam pengembangan ekonomi negara tersebut. Bayangkan saja, pertumbuhan ekonomi negara tersebut rata-rata 9,8% pertahun dengan jumlah penduduk 1,4 miliar. Dalam sejarah pembangunan China, negara tersebut baru memulai pembangunan sejak tahun 1980-an dan pada tahun 2000, China telah menjadi the miracle of Asia. Jika dilihat dari GDP, China memiliki GDP terbesar kedua di dunia setelah Amerika.

Inilah yang harus dicontoh oleh bangsa Indonesia. Mengapa China bisa maju mengembangkan negaranya sehingga percepatan pembangunan bisa terlaksana. Berikut adalah tiga prasyarat yang harus dilakukan dalam pembangunan yang telah dilakukan oleh China. Yaitu,

  •          Stabilitas Politik dan Pemerintahan
Stabilitas politik sangat menentukan pembangunan suatu negara. Negara yang mengalami kekisruhan politik tidak akan bisa membangun negaranya dengan baik. Di China, penguasa tunggal dari satu partai sehingga tercipta kestabilan politik. Demokrasi berbanding terbalik dengan stabilitas politik. Semakin banyak partai politik di suatu negara, semakin buruk stabilitas politik di negara tersebut.


  •           Law Enforcement
Dalam hal ini adalah penegakkan hukum di suatu negara. Stabilitas politik juga terjadi karena hukum di negara tersebut dapat berjalan dan tegak. Di China, seorang koruptor, hukumannya adalah hukuman mati. Jadi jika seorang pejabat ingin melakukan korupsi, dia harus berpikir dua kali jika ketahuan nantinya. Percuma jika kaya tetapi akhirnya dihukum mati.


  •           Strong Design of Economy
Ekonomi merupakan sesuatu yang paling penting dalam membangun. Semua pembangunan pasti membutuhkan anggaran. Tingkat pertumbuhan ekonomi di China yang tinggi dapat menarik investor untuk menanamkan modal di sana. Dengan semakin banyak pihak yang menanamkan modal, semakin terfasilitasi juga pembangunan yang sedang dijalankan tersebut.


Oleh karena itu, umat Islam harus memiliki semangat yang dimiliki oleh China dalam hal pembangunan. Dalam surah Ar-Ra’d (13):11 dikatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang mengubahnya. Kepemimpinan dunia sekarang berada di tangan Amerika. Banyak kalangan yang memprediksi bahwa kepemimpinan dunia akan berpindah ke tangan Asia dengan China sebagai lokomotifnya.
Namun tidak semudah itu. Seseorang yang sudah menduduki kursi jabatan tertentu memiliki kecenderungan untuk mempertahankan posisinya. Sama seperti Amerika. Negara tersebut tidak akan tinggal diam karena miracle of Asia tersebut. Pasti ada usaha-usaha yang dilakukan agar Amerika tetap menjadi pemimpin dunia. 

Kejadian tersebut pernah terjadi dalam sejara nabi Musa dalam qur’an surah Al-Qoshosh (28) : 1-7. Pada ayat tersebut diceritakan kisah pertarungan kepemimpinan Nabi Musa melawan Fir’aun. Bani Israil pada saat itu merupakan suku bangsa yang suka berpindah-pindah (ibrani=nomaden) yang tidak punya peradaban. Nabi Musa merupakan seorang Nabi yang termasuk Rasul Ulil Azmi yang mendapat cobaan yang sangat berat. Jika kita perhatikan, hampir semua Rasul ulil azmi berasal dari keturunan yang biasa-biasa saja, bukan dari darah bangsawan maupun konglomerat. Nabi Musa memiliki potensi sebagai pemimpin yang bisa menggantikan kedudukan Fir’aun. Mendengar hal tersebut, Fir’aun menyuruh agar anak laki-laki pada zaman itu dibunuh.

Akhirnya Nabi Musa dihanyutkan ke sungai Nil utnuk mengindari kejaran Fir’aun karena lahirnya seorang bayi laki-laki. Namun Nabi Musa tetap bertemu dengan Fir’aun dan Fir’aun bermaksud membunuhnya, namun dicegah oleh istrinya. Istrinya meminta agar Nabi Musa diasuh karena mereka tidak mempunyai anak. Akhirnya Nabi Musa diasuh sampai besar. Inilah yang menimbulkan ilham bahwa tempat yang paling aman adalah di tempatnya musuh.

Saat Nabi Musa telah dewasa, nabi Musa ditugaskan untuk membernarkan perilaku sang raja Fir’aun yang lalim tersebut. Nabi Musa yang sudah diasuh dari kecil sampai dewasa merasa tidak enak karena berkaitan dengan balas budi. Namun kebenaran tetaplah kebenaran. Nabi Musa pun melaksanakan perintah Allah tersebut walaupun hubungan antara beliau dengan Fir’aun adalah ayah dan anak angkat... (to be continued)

Penulis : Iwan Nurfahrudin
dari catatan KIK PPSDMS regional 2 Bandung


selanjutnya...

Dari Pengalaman ke Tulisan

Catatan Kajian  
SP [Studi Pustaka] PPSDMS Reg.2 Bandung  
Pemateri : Agung Wijaya Mitra Alam  
Kamis, 23 Desember 2010, pukul 5.00 s.d. 6.00 WIB  


Agung Wijaya Mitra Alam akrab dipanggilnya, beliau adalah peserta PPSDMS regional 2 Bandung angkatan 4. Beliau menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Elektro angkatan 2007. Selisih umurnya tidak jauh dengan kita, namun karyanya sudah bisa diakui sangat memberikan kebermanfaatan bagi umat manusia. Beliau merupakan penulis dari dua buku. Buku pertamanya yaitu “100% LDK itu keren” yang telah diterbitkan pada Oktober 2010 lalu, sedangkan buku kedua yaitu “Indonesia, it’s an amazing area 100%”. Inspirasi beliau tidak pernah berhenti semenjak mengikuti porgram pembinaan SDM strategis dari Nurul Fikri sehingga muncul karya dari jemari tangan beliau.

Awalnya, ketika di PPSDMS, beliau sangat tidak suka membaca, apalagi menulis. Untuk membaca saja, beliau tidak menemukan sense untuk melakukannya. Pernah beliau merasa iri ketika teman-teman yang lain bisa membaca sampai larut malam tanpa henti. Mereka terlihat asyik dalam membaca sampai seperti itu. Beliau pun ingin mengikuti mereka yang bisa membaca sampai terlarut seperti itu. Beliau pun membeli buku seperti yang dibeli oleh teman-temannya, salah satunya adalah novel Ayat-Ayat Cinta. Namun setelah membeli buku tersebut, beliau tidak menemukan sense untuk membaca. Kemudian beliau memberli lagi jenis buku yang lain, fiqih dakwah. Tetapi tetap saja tidak juga muncul keingingan untuk membaca sepertu yang dilakukan oleh teman-temannya. Begitulah sampai lima kali beliau membeli buku, tapi tetap saja tidak terbentuk rasa ingin membaca. Hingga akhirnya ketika membeli buku Ust. Anis Matta, Lc. yang berjudul “Model Manusia Muslim Abad XXI”, beliau merasa kenikmatan untuk membaca itu telah muncul. Setelah mendapatkan hal tersebut, beliau langsung memborong 10 buku sekaligus yang dikarang oleh Ust. Anis Matta, Lc. Memang ketika kita sudah menemukan kenyamanan dalam membaca, kita dapat merasakan bahwa membaca adalah hal ytang mengasyikkan. 

Pengalaman membaca dan menulis banyak beliau dapatkan ketika mengikuti program PPSDSMS. Beliau merasa dipacu untuk berkreasi dengan tulisan. Beliau tertarik di dunia tulis menulis karena dengan menulis, beliau dapat berdakwah tanpa harus menghadirkan jiwa raganya. Selain itu, tulisan kita akan bersifat abadi dan akan selalu eksis dan juga bisa melebarkan sayap-sayap pos dakwah. Keaktifan beliau di organisasi Lembaga Dakwah Kampus di ITB (Gamais ITB) khususnya pada bidang Syiar dan Pelayanan Kampus menginginkan bekliau untuk menyiarkan Islam lebih luas lagi, salah satunya dengan membuat buku.

Salah satu kesibukan beliau adalah berkeliling Indonesia. Beliau juga sering diminta untuk menjadi pembicara dalam acara pelatihan manajemen dakwah kampus di kampus-kampus lain di Indonesia. Sudah banyak kampus-kampus di Indonesia yang beliau singgahi, mulai dari barat Indonesia (Universitas Andalas di Padang) sampai timur Indonesia (Universitas Pattimura di Ambon). Dari kunjungannya ke berbagai universitas dan belajar mengenai dakwah kampus dari universitas di Indonesia yang beranekaragam, beliau akhirnya menulis sebuah buku yang menggambarkan kondisi lembaga-lembaga dakwah kampus di Indonesia, judulnya 100% LDK itu Keren.

Awal buku ini dibentuk adalah bahwa beliau melihat potensi yang sangat luar biasa dari berbagai lembaga dakwah kampus di seluruh Indonesia ini yang bila dikembangkan akan mempercepat transformasi pembentukan masyarakat madani di Indonesia. Potensi yang sangat besar tersebut sayangnya tidak dibarengi dengan manajemen yang baik dari LDK itu sendiri sehingga tidak dimanfaatkan secara maksimal. Pernah suatu hari beliau menjadi pembicara pada sebuah pelatihan manajemen dakwah kampus. Selama acara tersebut, peserta sangat antusias dan kadang beberapa kali bertakbir. Mereka semangat ketika materi disampaikan dan banyak topik yang bisa dibicarakan untuk membentuk manajemen lembaga dakwah kampus yang baik. Setelah itu mereka kembali bertakbir, sedikit-sedikit  takbir, sehingga terlihat semangat dari mereka. Tetapi ketika ditanya tentang apakah yang sudah Antum lakukan bersama LDK Antum? Semua peserta tertegun dan terdiam. Padahal potensi mereka sangat besar untuk dapat membangun sebuah organisasi dakwah dengan beragamnya latar belakang mereka. Inilah yang menjadi insirasi beliau untuk menulis sebuah buku yang isinya tentang manajemen dakwah kampus dan pengoptimalan potensi-potensi di lembaga dakwah kampus.

Buku kedua terinspirasi oleh petualangan beliau ketika berkeliling Indonesia. Beliau melihat bahwa potensi Indonesia sangat besar dari berbagai hal dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Beliau ingin memperkenalkan Indonesia melalui tulisannya dalam buku yang berjudul Indonesia, it’s an amazing area 100%. Target beliau adalah buku kedua ini dapat tembus di pasaran internasional sehingga orang-orang luar dapat mengetahui sisi Indonesia yang menakjubkan. Buku kedua ini ada dalam dua versi, yang pertama adalah bahasa Indonesia dan yang kedua adalah bahasa Inggris. Beliau sempat kesulitan dalam mencari penerjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris karena isi-isi dalam buku tersebut banyak dihiasi oleh sastra dan retorika bahasa yang jauh dari kaidah bahasa Inggris formal. Beliau sangat berambisi agar buku tersebut dapat laku di pasaran internasional.

Satu pelajaran yang dapat diambil dari beliau bahwa keinginan kuat dapat mengalahkan segalanya. Paradigma mengenai tidak suka membaca ataupun menulis dapat diubah 180 derajat menjadi seseorang yang mempunyai hobi menulis. Beliau juga memiliki tekad yang kuat untuk memanfaatkan potensi yang ada untuk dijadikan sebagai pemicu prestasi. Kekuatan tekad beliau digambarkan dengan judul buku-bukunya yang ada istilah 100% yang melambangkan tidak ada keraguan. Ada satu kata yang sangat mengena bagi penulis dari beliau bahwa kejayaan tidak akan didapat dari orang-orang yang suka mengeluh. Artinya, manfaatkan potensi apa yang ada semaksimal mungkin.


Penulis : Iwan Nurfahrudin
dari kajian Studi Pustaka PPSDMS regional 2 Bandung


selanjutnya...

Selasa, 28 Desember 2010

Postpo Syndrome: Sindrom Pascakampus Selepas Lulus

Catatan Kajian 
DPK [Dialog Pasca Kampus] PPSDMS Reg.2 Bandung 
Rabu, 22 Desember 2010, pukul 20.30 s.d. 22.00 WIB 
Pengisi Acara : Kang Fregie, S.E. 


Sesuatu yang biasa terjadi setelah masa kelulusan biasa disebut postpo syndrome. Berdasarkan pengalaman pembicara, setelah lulus beliau tidak tahu harus berbuat apa. Kegiatan-kegiatan yang semasa mahasiswa padat tidak lagi terjadi selepas lulus kuliah. Bandingkan ketika kita di kampus, kita banyak mengemban amanah-amanah yang membutuhkan kita, entah itu amanah organisasi, amanah kepengurusan, dan amanah yang lainnya. Tetapi setelah lulus, rasanya seperti orang bingung hendak berbuat apa. Kita seperti dilepas begitu saja dan tidak ada parameter yang “mengawasi” kita.

Sebetulnya kita tidak perlu kaget dengan gejala postpo syndrome tersebut jika kita mempersiapkannya dengan baik. Jauh sebelum lulus, sebaiknya kita buat rencana atau peta kehidupan yang harus dilakukan selepas kelulusan. Tantangan yang akan kita hadapi pascakampus tidak seperti tantangan kita saat menempuh kehidupan di kampus. Kehidupan pascakampus lebih bebas sehingga tantangan yang akan kita hadapi akan beraneka ragam. Kita tidak bisa menghindari tantangan tersebut. Mau tidak mau tantangan tersebut adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa kita elakkan. Namun tantangan tersebut bisa kita antisipasi dengan persiapan jauh-jauh sebelum kelulusan

Beliau bercerita, tantangan yang paling berkesan saat organisasi adalah ketika membuat jaringan alumni. Jaringan alumni ini sangat bermanfaat bagi kita ketika menempuh kehidupan pascakampus sehingga interest beliau lebih ke arah tersebut. Selain itu, beliau termasuk orang yang suka mencari-cari kerjaan. Hampa rasanya jika tidak ada aktivitas yang harus dilakukan. Ada pelajaran berharga ketika beliau menjadi ketua BEM FE Unpad. Beliau pernah disorot oleh rekan-rekannya dan mahasiswa yang lain bahwa beliau dianggap tidak berwibawa karena pembicaraan beliau yang to the point terlalu tegas dan cenderung langsung ke tujuan. Jika ada yang salah, maka dengan tegas beliau katakan salah, juga sebaliknya. Tetapi apakah yang dikatakan beliau setelah dikritik demikian oleh rekan-rekannya? Beliau menjawab bahwa beliau memiliki sebuah prinsip. Lebih baik tidak berwibawa di mata, tetapi mendapat keputusan yang maksimal dalam organisasi daripada “sok” berwibawa tetapi hasil keputusannya mendzolimi orang lain.

Jika kita pikirkan bagaimana cara Allah untuk menaikkan derajat seseorang itu sangat unik. Banyak cara Allah yang tidak kita duga hingga akhirnya kapasitas kita meningkat tanpa kita sadari. Contohnya ketika masalah yang bertubi-tubi menimpa kita. Itulah ujian dari Allah agar kapasitas kita mengingkat. Orang besar mengemban amanah yang besar. Seseorang yang sangat besar dan berpengaruh pasti memiliki banyak masalah dan dituntut untuk segera menyelesaikannya. Itulah salah satu cara Allah. Hati-hati ketika kita berdoa “Ya Allah, berilah aku kecerdasan...”, namun setelah berdoa demikian, Allah malah memberi tugas-tugas yang banyak dan terkesan sulit untuk diselesaikan. Bagi orang yang berpikiran pragmatis, tentunya mereka akan langsung mengeluarkan pendapat bahwa Allah tidak mengabulkan doa tersebut dan cenderung bersifat su’uzon kepada Allah. Namun kita tidak boleh bersikap seperti itu. Kita harus berpikir bahwa ketika Allah menetapkan suatu kejadian kepada kita, itulah yang terbaik bagi kita. Allah memberi masalah ketika kita berdoa demikian semata-mata untuk meningkatkan derajat kita agar kita bisa menyelesaikan masalah-masalah yang menimpa kita.

Ingatlah, banyak yang harus kita persiapkan untuk kehidupan pascakampus. Sesuatu yang jarang kita temukan ketika menempuh kehidupan pascakampus tersebut adalah sahabat kita. ketika kita menjalani masih berada di kampus, banyak sahabat yang memperhatikan masalah kita dan berbuat untuk kita tanpa pamrih, namun ketika sudah memasuki dunia masyarakat, kita jarang sekali menemukan karakter seperti itu. Oelh karena itu, selagi kita masih berada di dunia kampus, banyak-banyak berbuat baiklah kepada sahabat-sahabat kita. Siapa tahu ketika pascakampus nanti, Allah menolong kita keluar dari masalah-masalah melalui sahabat-sahabat kita.

Selain itu, sesaat setelah kehidupan pascakampus, teman-teman akan disibukkan dengan memikirkan dirinya sendiri dan cita- cita mereka masing-masing. Ada yang ingin melanjutkan kuliah, ada yang ingin kerja, ada yang ingin berwiraswasta, dan lain-lain. Kita akan merindukan masa-masa ketika kita masih kuliah. Jika tidak dibentuk ukhuwah, sahabat-sahabat kita akan larut dengan kesibukannya masing-masing dan tidak memikirkan orang lain, termasuk kita. oleh karena itu, peliharalah ukhuwah dengan sahabat-sahabat kita.
Banyak godaan yang bersifat ke-duniawi-an ketika kehidupan pascakampus. Biasanya godaan yang muncul adalah godaan terhadap harta. Tidak sedikit senior-senior yang memilih untuk bekerja dengan bayaran yang sangat tinggi walaupun kerja di daerah terisolasi sekalipun. Mereka melupakan idealisme ketika mereka mahasiswa dan terlena oleh harta yang mereka dapatkan. namun perlu diingat, tujuan kita hidup bukan sekedar untuk mencari harta. Cukuplah untuk maisyah (penghidupan) untuk keluarga dan sisanya kita kontribusikan untuk dakwah. Itulah cara syaithon menggoda dari sisi mana saja. Janganlah kita lupa terhadap tugas dakwah yang diberikan kepada kita. Amanah dakwah ini bukan hanya ketika kita menjadi aktivis dakwah di Lembaga Dakwah Kampus, namun amanah dakwah itu harus dijalankan selama kita masih hidup di dunia. Itulah tujuan hidup kita.

Aktivitas dakwah di masyarakat sangat berbeda dengan aktivitas dakwah di kampus. Objek dakwahnya pun beranekaragam. Kita pun tidak dituntut untuk hanya ber-­amar ma’ruf, tetapi juga dituntut untuk nahi munkar. Ada cara-cara yang harus diperhatikan ketika kita menegur seseorang yang berbuat salah di masyarakat. Ada tiga diantaranya,

  • Perlakukan diri kita sebagai orang tua
Dalam hal ini, teguran yang kita berikan kepada orang dilakukan dengan memperlakukan diri kta sebagai orang tua. Cara orang tua memberikan suatu nasihat adalah dengan cara menggurui dan memberi justifikasi. Hal ini sangat tepat dilakukan kepada orang yang lebih muda dari kita, namun dengan catatan tidak menyakiti hati lawan bicara.

  •  Perlakukan diri kita sebagai orang dewasa
Orang dewasa lebih berpikir rasional. Kita bisa menasihati seseorang dengan cara demikian dan juga tentunya dengan memberikan alasan-alasan yang rasional. Yang bisa diterima oleh orang-orang sekitar. Hal ini cocok bagi yang ingin berdakwah kepada teman sebaya yang sudah menjadi alumi.

  • Perlakukan diri kita sebagai anak kecil
Fitrah seorang anak kecil adalah selalu ceria dan semangat. Selain itu anak kecil juga banyak bertanya karena memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Cara ini sangat tepat untuk berdakwah kepada orang yang lebih tua dan juga kepada semua orang. Tetapi jangan terlalu kekanak-kanakan sehingga bisa menghilangkan jati diri kita.


Teori-teori tersebut sangatlah aplikatif ketika kita berada dalam organisasi entah itu saat mengenyam pendidikan di kampus maupun di dunia masyarakat pascakampus. Namun perlu kita ketahui, teguran yang paling baik adalah dengan cara bertanya. Kita harus menguasai semua teknik komunikasi tersebut. Kita tinggal memilih cara mana yang paling baik untuk berkomunikasi tergantung keadaan. Oleh karena itu, belajarlah cara komunikasi sejak dini.


Penulis : Iwan Nurfahrudin
dari catatan kajian Dauroh Pascakampus PPSDMS Regional 2 Bandung

Tidak ada larangan untuk menyebarkan isi dari blog ini asalkan mencantumkan blog ini sebagai sumber

(HAK CIPTA HANYA MILIK ALLAH)

Jika ada kritik atau saran, silakan kirim melalui e-mail ke iwan.nf@dr.com atau iwan_911@muslim.com atau iwan_911@ymail.com



selanjutnya...

Selasa, 21 Desember 2010

Ruhul Istijabah: Keyakinan Positif Menyambut Amanah Dakwah

Materi LKO (Latihan Kepemimpinan Organisasi) Milis 
Pemateri Kang irfan 
Sabtu, 18 Desember 2010 pukul 4.30 s.d. 5.30 WIB 


Sebagai seorang pencari ilmu, kita sering mendengar yang namanya Ruhul Istijabah dari para mentor, murobbi, kakak kelas aktivis dakwah dan lain-lain. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ruhul istijabah tersebut? Mari kita bahas sedikit demi sedikit. Ruhul Istijabah merupakan kondisi hati yang biasa merespon positif mengenai amanah dakwah. Pada saat zaman shahabat, mereka (para shahabat) memiliki ruhul istijabah yang kuat meskipun Rasulullah telah wafat. Mereka yakin kesuksesan dakwah akan segera tercapai. Sebagai contohnya adalah Mush’ab bin Umair. Beliau merupakan duta Islam yang pertama. Saat beliau ditunjuk sebagai duta Islam yang pertama, beliau menerima tugas yang sangat mulia dan sangat berat dari Rasulullah. Tetapi dengan keyakinannya, beliau bisa mengerjakan amanah yang diberikan oleh Rasulullah dengan tepat.

Ruhul istijabah merupakan kondisi jiwa yang tidak bisa dipaksakan. Ruhul Istijabah tidak bisa muncul begitu saja, melainkan memerlukan sebuah proses. Perjuangan dakwah merupakan perjuangan yang berat. Jika kita menganggap jalan dakwah merupakan perjuangan yang tidak berat, berarti ada yang salah dengan niat kita. Dengan ruhul istijabah, kita dapat menikmati perjuangan dakwah yang berat tersebut sehingga munculah keyakinan bahwa perjuangan dakwah ini akan menorehkan hasil. Ketika kita diberikan suatu masalah, tingkah kita atau respon kita menunjukkan seberapa kuat ruhul istijabah kita. ada empat hal yang mendukung munculnya ruhul istijabah. Yaitu:

  •  Hentakkan keyakinan yang kuat
Hal yang harus dilakukan untuk memperkuat ruhul istijabah adalah menangkap semangat keyakinan. Ingatlah, keyakinan itu mempengaruhi kinerja kita dan kinerja kita mempengaruhi hasil yang akan kita peroleh. Jika keyakinan awal sudah kuat, maka tugas akan dilaksanakan dengan penuh semangat. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Segala sesuatu bisa saja terjadi dengan izin Allah. Yang harus kita lakukan adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan berdoa kepada Allah agar dakwah tersebut membuahkan hasil. Pada Qur’an surah Al-Anfal (8):2 dikatakan, “sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada Rabb-lah mereka bertawakkal”.

Suatu hal yang ironi jika kita pesimis terhadap sesuatu sehingga kita tidak yakin untuk menggapainya. Jika hal tersebut demikian, maka dimanakah Allah dalam hatimu? Ucapan Allaahu Akbar yang sehari-hari kita lakukan hanyalah sebatas ritual yang sehari-hari kita lakukan dan tidak mempunyai pengaruh apa-apa. Padahal jika kita mentadaburi, Allaahu akbar berarti Allah maha besar sehingga tidak ada yang lebih besar dari-Nya termasuk ketakutan atas kegagalan kita. Jika kita masih pesimis, maka kita belum “benar” dalam mengucapkan Allaahu akbar. Ingatlah kawan, janganlah kita pesimis dan berlindung di balik kata “berpikir realistis”. Realistis bukan berarti pesimis. Jika Allah berkehendak, maka kehendak tersebut akan menjadi kenyataan semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, tanamkan dan hentakkan keyakinan yang kuat.

  •              Khusnudzon atas semua takdir Allah
Sesungguhnya, semua hal yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi di dunia ini semuanya atas izin Allah. Jika sesuatu itu terjadi, maka itulah yang terbaik menurut Allah meskipun kita menganggapnya bukan yang terbaik. Semua kehendak Allah pasti terjadi dan tidak ada kecacatan di dalamnya karena Allah maha teliti. Ingatlah, Allah memberikan sesuatu yang kita perlukan, bukan sesuatu yang kita inginkan. Kadang kita merasa kecewa karena doa kita tidak kunjung dikabulkan. Tidak hanya itu, kita juga kecewa dengan cobaan-cobaan yang menimpa kita sehingga kita merasa Allah tidak memberikan yang terbaik untuk saya. Pemikiran tersebut salah besar!

Jika kita masih berpikiran seperti di atas, maka ber-istighfarlah. Ubahlah paradigma tersebut dengan khusnudzon kepada Allah. Bagaimana caranya? Kita cari 1000 alasan apakah hikmah yang Allah berikan atas kejadian ini sehingga kita senantiasa selalu ber-khusnudzon kepada Allah. Misalnya ketika kita dikasih amanah untuk “mementor” adik binaan. Adakalanya kita merasa bahwa hal tersebut kita anggap sebagai beban karena menambah tanggung jawab kita. Namun harus kita ingat bahwa ada rencana lain yang ingin Allah berikan kepada kita. kita hendaknya berkhusnudzon saja dengan sesuatu tersebut. Mungkin saja dengan diberikannya amanah tersebut, Allah ingin meningkatkan kapasitas kita, dan masih banyak lagi.

  •   Ukhuwah yang maksimal
Pernahkah kita patah semangat dari jalan juang dakwah hanya karena suatu masalah dengan rekan-rekan sesama aktivis dakwah? Jika hal tersebut terjadi, maka kita belum merasakan adanya ukhuwah di antara kita. memang ada saatnya kita tersinggung karena hal tersebut, namun itulah lika-liku dakwah yang mau-tidak-mau harus kita jalani. Kuncinya adalah penguatan ukhuwah yang maksimal di antara kita. jika kita mempunyai masalah dengan rekan sesama aktivis dakwah, hendaknya jangan dibawa sampai ke ranah dakwah. Masalah pribadi adalah masalah pribadi. Jangan sampai dakwah berhenti karena masalah kecil tersebut. kita harus profesional.

Ingatlah,bagaimanapun rekan kita terdekat adalah saudara yang akan menjaga kita ketika kita sedang futur. Oleh karena itu, jaga hubungan dengan beliau. Salah satu fungsi dari teman adalah untuk saling nasihat-menasihati dalam hal kebenaran dan kesabaran.

  •  Shobar (sabar) yang tidak pernah henti
Imam Syafi’ie pernah berpendapat bahwa jika Allah tidak menurunkan ayat-ayat yang lain selain surat Al-Ashr, maka itu pun sudah cukup. Mengapa Imam Syafi’ie bisa berpendapat seperti ini? Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk yang merugi, oleh karena itu dalam surat Al-Ashr, Allah memerintahkan kepada kita untuk saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Shobar (sabar) merupakan sesuatu yang syumul (menyeluruh) sehingga seharusnya tidak ada kalimat “kesabaran saya telah habis...!!!”. Jika kalimat tersebut terucap, artinya kita sudah tidak sabar.
Shabar bukan berarti pasrah. Shabar akan berdampak pada hal-hal yang akan kita kerjakan selanjutnya. Shabar juga diikuti dengan ikhtiar kita untuk mengubah keadaan sedikit-demi-sedikit. Rumusnya, diskrit + shobar = kontinu. Oleh karena itu, kita harus shabar dalam mengemban amanah dakwah ini karena Allah pasti akan membalas dengan Jannah-Nya. Insya Allah.


Wallahu 'alam


selanjutnya...

Minggu, 19 Desember 2010

Cerita Seorang Aktivis

[Dialog Tokoh]
Pemateri Abah Iwan Abdul Rahman
Ahad, 19 Desember 2010 pukul 13.00 s.d. 15.00 WIB


Adalah Abah Iwan, seorang aktivis mahasiswa pada zaman perjuangan. Beliau merupakan pencipta lagu kemahasiswaan yang kita sudah akrab dan sering mendengar lagunya, yaitu lagu “mentari”. Lagu yang sering kita dengar saat ospek tersebut merupakan salah satu lagu yang diciptakan oleh beliau. Beliau memulai aktivitas kegiatannya di salah satu organisasi tertua di Indonesia, yaitu Wanadri. Beliau adalah salah satu dari pendiri Wanadri. Organisasi tersebut bukan organisasi pecinta alam melainkan organisasi penempuh rimba pendaki gunung. Organisasi tersebut digagas pada tanggal 17 Januari 1964, didirikan pada bulan April, dan baru diresmikan pada tanggal 16 Mei 1964 karena pendirinya hanya terdiri dari 6 orang bekas dari pandu. Pandu merupakan organisasi semacam pramuka pada zaman sekarang. Namun, pandu itu berbeda dengan pramuka pada prinsipnya. Pramuka memang turunan dari organisasi kepanduan. Pada zaman Bung Karno, pandu diubah namanya menjadi pramuka karena pada saat itu, sedang gencar-gencarnya penghapusan nama-nama berbau barat (anti terhadap barat). Namun saat ini, pramuka lebih banyak dijadikan komoditas politik.

Pandu didirikan oleh Boden Powell.  Saat  tahun 1900 awal sebelum perang dunia, Inggris dikhawatirkan mengalami degradasi moral yang membayangi para pemudanya. Inggris yang begitu kuat pada zaman tersebut pun khawatir akan kerusakan moral yang mengancam para pemudanya. Yang dilakukan oleh Boden Powell saat itu adalah mengumpulkan beberapa pemuda dan kemudian mereka berkemah di suatu tempat terpencil dan di situlah mereka (para pemuda) dibina. Konsep yang dirancang oleh Boden Powell tersebut sangat tepat mengingat masa depan suatu negara ada pada tangan pemudanya. Gagasan tersebut merupakan gagasan yang brilian untuk memupuk semangat pemuda, yaitu dengan mengumpulkan para pemuda untuk memikirkan dan mencari solusi permasalahan negara sehingga dapat membangun dan menyelamatkan suatu bangsa.

Pendidikan yang diajarkan oleh beliau (Abah Iwan) merupakan warisan dari pendidikan kepanduan. Fokusnya bukan berdasarkan nama, melainkan berdasarkan kegiatan. Contoh nyatanya adalah pecinta alam. Banyak organisasi yang mengatasnamakan pecinta alam, namun kelakuan orang-orangnya tidak bersahabat dengan alam. Dari fakta tersebut, beliau membuat konsep agar para pemuda yang dibinanya diajak main ke alam, ke hutan, mendaki gunung, dan sebagainya sehingga rasa cinta kepada alam akan muncul dengan sendirinya. Beliau terinspirasi dengan suatu syair anonim yang dibawakan dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan kurang-lebih berisi “wahai  ruh yang maha agung, berikanlah aku kemampuan untuk mendengarkan pesan-pesan yang kau bawa melalui angin-angin yang berhembus”. Mendengar, ya mendengar dan mengapresiasi dengan khidmat.  The power of Listening. Mendengar merupakan sebuah pembelajaran yang harus dilakukan. Penyair Inggris kuno yang atheis tersebut ingin mempunyai kemampuan untuk dapat mendengarkan suara-suara alam dan pesan-pesan apa saja yang terdapat di dalamnya. Karena dengan mendengar, kita akan bersungguh-sungguh dalam menyimak apa yang terjadi di sekitar kita dan akan menimbulkan sebuah apresiasi. Sebagai contoh adalah lagu. Lagu tidak selalu identik dengan seni, tetapi juga lagu identik dengan apresiasi the power of listening. Lagu kebangsaan itu merupakan sebuah lagu yang terdiri dari banyak nada yang digabungkan (sama seperti lagu lainnya). Tetapi dengan mendengar lagu tersebut, orang dapat “terhipnotis” sehingga dapat memberikan jiwa mereka sepenuhnya. Satu kuncinya yaitu apresiasi. Oleh karena itu, beliau mengajak binaan-binaannya ke hutan untuk mendengarkan apa yang ada di alam sehingga dapat membangkitkan the power of listening mereka.

Di alam luar, kita dapat mengambil pelajaran dari siapa dan apa saja. Seperti mengambil pelajaran dari sang pohon. Kuncinya adalah mendengarkan. Namun selain itu, ada juga yang membuat kita bisa menangkap pembelajaran dari pohon tersebut . yaitu respek (respect). The power of Listening akan berbuah sesuatu yang bermanfaat dengan adanya respek dari kita. respek itu bukan hormat. Bahkan terhadap musuh sekalipun kita harus respek. Beliau mengajarkan dua hal pokok tersebut karena bangsa ini butuh seorang pemimpin yang bisa mendengar dan respek. Pembinaan yang beliau lakukan adalah pembinaan yang mendidik seseorang untuk menjadi pemimpin. Namun bukan berarti beliau menanamkan paham kepada binaannya bahwa mereka harus menjadi seorang pemimpin. Pemimpin itu ada pada diri sendiri dan pemimpin itu bukan kekuasaan.

Ada empat ilmu yang harus kita miliki dalam diri.
  1. Aku tahu bahwa rotiku di dunia telah ditentukan jumlahnya sehingga aku sudah tidak lama mengejarnya. Dari pernyataan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang kita lakukan sehari-hari seharusnya kita fokuskan agar kita dapat bertindak dengan ikhlas dan tidak ada pengharapan balas jasa. Itulah bentuk rasa syukur kita kepada Allah.
  2. Aku tahu betapa banyak nikmat yang telah diberikan di dunia sehingga aku merasa mempunyai banyak hutang yang takkan sanggup kubayar, karenanya tugasku adalah berbuat baik. Jika kita menghitung nikmat-nikmat yang telah Allah berikan, pasti kita tidak akan sanggup menghitungnya sehingga tugas kita adalah berbuat baik saja kepada sesama. Yang perlu kita ingat, kita tidak usah memikirkan tugas-tugas di depan, namun yang harus dipikirkan adalah tugas kita hari ini. Apa yang bisa kita lakukan saat ini agar bermanfaat bagi sesama.
  3. Aku tahu bahwa ada yang mengamatiku di dunia ini sehingga aku berhati-hati dalam mengambil tindakan. Di sinilah kita selalu diamati oleh Allah segala perilaku kita. Allah tidak pernah lengah dengan sedikitpun apa yang kita lakukan sehingga kita akan senantiasa berbuat yang bermanfaat ketika kita ingat bahwa ada yang benar-benar mengamati kita seutuhnya.
  4. Aku tahu bahwa ada yang mengejarku di dunia ini sehingga aku selalu waspada oleh kedatangannya. Dalam hal ini adalah kematian. Orang yang paling beruntung adalah orang yang selalu mengingat kematian.

Kita dapat belajar tentang ikhlas mengenai segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini. Seperti penghayatan yang dilakukan oleh beliau di puncak gunung Kilimanjaro, puncak tertinggi di benua Afrika. Ketika itu, beliau melihat sebuah bunga berwarna putih dan ungu yang sedang mekar. Beliau berpikir bahwa ada atau tidaknya saya di puncak gunung ini, bunga tersebut akan tetap mekar. Itulah yang beliau dapatkan pelajaran dari dua tangkai bunga mengenai keikhlasan. Oleh karena itu, kita harus mendengar dan respek terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat memetik hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.

Hidup ini penuh ironi. Kita harus memanfaatkan kemampuan kita (selagi kita bisa) untuk berbuat baik kepada orang lain. Masa depan ada di tangan kita. Semua tergantung bagaimana respek yang kita berikan terhadap pembelajaran tersebut. Janganlah kita gantungkan semangat kepada orang lain. Tidak ada istilah sukses di dunia ini, yang ada hanyalah bersungguh-sungguh dalam menapaki tahapan-tahapannya.



Penulis : Iwan Nurfahrudin
dari catatan kajian Dialog Tokoh PPSDMS

Tidak dilarang untuk menyebarkan isi dari blog ini selama mencantumkan blog ini sebagai sumber


(HAK CIPTA HANYA MILIK ALLAH)

selanjutnya...

Sabtu, 11 Desember 2010

Pesan Untuk Sang Murobbi


Catatan Kajian Ba’da Dhuhur 
Pemateri Ust Andri Mulyadi 
Selasa, 7 Desember 2010 pukul 12.10 s.d. 12.30 WIB 
Di Masjid Salman ITB  


Mudahkanlah bagi orang-orang yang ingin belajar dan mencari Ilmu. Rasulullah mengajarkan adab-adab dalam menyebarkan ilmu kepada para sahabatnya agar ilmu yang disebarkan dapat memberikan pelajaran dengan baik. Di dalam hadits, 
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا 
“Dari Ibnu Mas’ud berkata; bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan kami dengan suatu pelajaran tentang hari-hari yang sulit yang akan dihadapi” (H.R. Bukhari, kitab ilmu, hadits no.66). Ustadz menjelaskan bahwa dalam hadits tersebut Rasulullah memberikan pengajaran yang baik. Ketika menghadapi permasalahan yang sulit, maka Rasulullah memperingatkan kami. Dalam hal ini adalah Rasulullah memberikan ilmu untuk mengatasi kesulitan tersebut. hal ini sama dengan kehidupan kita sehari-hari. Kunci agar dapat memberikan pertolongan kepada orang lain dalam konteks ini adalah mudahkanlah. Oleh karena itu, dalam Qur’an surah Al ‘Ashr (103) : 3 yaitu saling nasihat menasihati.

Kemudian dalam hadits kedua, 
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو التَّيَّاحِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Dari Anas bin Malik dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: permudahkanlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari” (H.R. Bukhari, kitab ilmu, hadits no.67). Isi di dalam hadits tersebut mempertegas bahwa ketika ada yang mengalami kesusahan (dalam mencari ilmu), maka mudahkanlah dan jangan mempersulit. Bukakanlah pintu kemudahan kepada mereka agar hidup ini terasa saling memudahkan. Lalu poin satu lagi dalam hadits tersebut adalah permudahkan dan berikan kabar gembira. Jika ada orang-orang kesulitan, maka berikanlah kabar gembira. Juga jangan membuat orang-orang lari karena kita bukannya memberi solusi, tetapi malah mempersulit dan menakut-nakuti. Sama seperti ketika kita melihat teman yang hendak mengikuti ujian dan teman kita merasa belum bisa mengerjakan dan belum menguasai materi. Maka yang harus kita lakukan adalah permudahkanlah. Artinya selama kita masih bisa, maka ajarkanlah. Lalu berikanlah kabar gembira. Misalnya ujian yang akan dihadapi mempunyai soal yang mirip dengan ujian tahun yang lalu, dan lain sebagainya.

Ketiga adalah mengenai orang-orang yang menyediakan hari-hari khusus dengan para ahli ilmu. Tatkala kita kuliah, sekolah, belajar, dan libur, sebenarnya kita sudah mengikuti jejak dan cara Rasulullah karena Rasulullah selalu menyediakan waktu khusus untuk mencari dan mengajarkan Ilmu. Rasulullah khawatir ketika kita belajar di setiap saat tanpa henti, maka kita akan meninggalkannya karena merasa bosan. Seperti yang dikatakan dalam hadits, 
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
“Dari Abu Wa’il berkata, bahwa Abdullah memberi pelajaran kepada orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata: ‘Wahai Abu Abdurrahman, sungguh aku ingin kalau Anda memberi pelajaran kepada kami setiap hari’ dia berkata: Sungguh aku enggan melakukannya karena aku takut membuat kalian bosan, dan aku ingin memberi pelajaran kepada Nabi sebagaimana Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memberi pelajaran kepada kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami” (H.R. Bukhari, kitab ilmu, hadits no.68). oleh karena itu, Ra’sul berpesan bahwa ketika belajar, maka harus ada waktu untuk istirahat karena belajar sepanjang waktu akan membuat kita merasa bosan. Ra’sul juga menyeru kepada kita agar membuat target ketika belajar. Man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan mendapat hasilnya. Tiga pokok dalam bahasan kali ini adalah:

  • Permudahkan
  • Berikan kabar gembira
  • Punya target


Janganlah pasrah dengan keadaan. Janganlah kita berhenti mencari ilmu hanya karena kita tidak dapat menguasai materinya. Yakinlah bahwa materi yang susah tersebut suatu saat akan kita kuasai dengan baik. Karena sesudah kesulitan pasti ada kemudahan dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.

Penulis : Iwan Nurfahrudin
Dari kajian ba’da dhuhur Masjid Salman ITB



selanjutnya...

Jumat, 10 Desember 2010

Kepemimpinan Profetik (Pelajaran Untuk Sang Pemimpin, Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa)

Catatan Kajian
[Training Pengembangan Diri] PART 2
Pemateri Bang Bachtiar Firdaus
Kamis, 9 Desember 2010, pukul 5.00 s.d. 6.30 WIB


Dalam kisah Nabi Musa, setelah Nabi Musa diangkat menjadi Nabi, Nabi Musa belajar tentang pengalaman kepada Nabi Khidir. Mengapa Nabi Musa disuruh oleh Allah untuk belajar kepada Nabi Khidir yang tidak mempunyai pengikut adalah karena Nabi Khidir mempunyai ilmu yang sangat dalam. Lalu juga Nabi Khidir adalah Nabi yang mempunyai pengalaman yang sangat banyak. Nabi Khidir juga sering melanglang buana mengunjungi berbagai tempat. Tidak seperti Nabi Musa yang hanya menetap di wilayah Mesir.

Ada perbedaan antara kepemimpinan dan kekuasaan. Pemimpin tidak harus menempati jabatan tertentu, sedangkan penguasa belum tentu mengendalikan para pengikut yang dikuasainya secara formal. Paradigma kepemimpinan menuju ke arah idealisme, sedangkan paradigma kekuasaan lebih menuju ke arah tirani. Dalam kisah perjuangan Nabi Musa, berliau pernah berpidato di depan kaumnya tentang bagaimana cara menjatuhkan kekuasaan di kalangan Bani Israil. Di tengah pidatonya, beliau ditanya oleh seseorang bahwa siapakah di antara mereka yang mempunyai banyak ilmu. Nabi Musa dengan spontan menjawab “itulah aku”. Dari jawaban yang agak bersifat sombong tersebut, Nabi Musa ditegur oleh Allah dan diwajibkan bertemu dengan salah satu hambaNya di antara pertemuan dua buah laut. Itulah yang menyebabkan Nabi Musa selalu berjalan di pesisir pantai karena sedang mencari pertemuan antara dua buah laut.

Khidir secara bahasa artinya hijau. Hijau melambangkan kesegaran. Nabi Khidir memiliki pengetahuan yang segar karena beliau selalu berpertualang. Metode pembelajaran yang dilakukan Nabi Khidir adalah metode yang khas, yaitu menangkap hikmah kearifan dari pengalaman konkrit. Karena antara Nabi Musa dan Khidir berbeda, Khidir dan Musa menetapkan sebuah kontrak belajar yang harus ditepati selama masa pembelajarannya, yaitu Nabi Musa harus sabar dalam menjalani pembelajaran ini. Banyak segala keanehan yang akan terjadi di depan matanya. Nabi Khidir mengajak Nabi Musa untuk menjalani dan mengalami sendiri peristiwa yang mengejutkan. Kita sebagai pembaca harus hati-hati dalam mentafsirkan kisah-kisah Nabi Khidir.  Syariat yang kita gunakan adalah syariat dari Rasulullah yang berbeda dengan syariat pada zaman Nabi Musa.

Ada tiga kejadian aneh yang akan dialami oleh pengalaman perjalanan Nabi Khidir dan Nabi Musa. Kejadian pertama yaitu, saat mereka (Khidir dan Musa) menumpang sebuah perahu nelayan untuk melakukan perjalanan. Namun ketika perahu tersebut telah sampai di tengah lautan, Nabi Khidir malah merusak perahu tersebut. Nabi Musa bingung dan merasa aneh. Beliau bertanya kepada Nabi Khidir mengapa perahu tersebut malah dirusak dan dilubangi, padahal nelayan tersebut sudah baik-baik memberikan tumpangan kepada mereka secara gratis. Nabi Musa berpikir bahwa yang dilakukan oleh Nabi Khidir adalah hal bodoh karena dengan melubangi perahu akan dapat menenggelamkan penumpangnya. Nabi Khidir menjawab, “Bukankah sudah kukatakan, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?”. Nabi Musa khilaf dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya.

Keduanya kemudian berjalan hingga mereka bertemu dengan salah seorang anak kecil. Tatkala itu, Nabi Khidir langsung membunuh anak kecil tersebut  tanpa penjelasan apa-apa. Nabi Musa mulai marah dan bertanya kepada Nabi Khidir, “mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih?”. Nabi Musa merasa aneh dengan perilaku Nabi Khidir. Adalah sesuatu yang abnormal melihat seorang Nabi membunuh anak kecil yang tidak bersalah. Lalu Nabi Khidir menjawab dengan jawaban yang sama, “bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?”. Nabi Musa mulai hilang kesabarannya dan berkata, ”jika saya bertanya lagi mengenai sesuatu yang aneh, maka jangan boleh lagi aku menyertaimu”. Artinya jika satu kali lagi Nabi Khidir berbuat aneh dan Nabi Musa bertanya tentang itu, maka Nabi Musa akan berhenti belajar kepada Nabi Khidir. Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanannya, mereka melewati sebuah negeri. Karena kelelahan, mereka berdua meminta tolong untuk dijamu oleh penduduk negeri tersebut. namun penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka dan bersifat  antipati kepada mereka berdua. Kemudian di dekat perbatasan negeri itu, mereka mendapati  dinding rumah salah satu penduduk negeri tersebut dalam keadaan hampir roboh. Melihati hal itu, Nabi Khidir menegakkan pondasi dan dinding rumah yang hampir roboh tersebut. Nabi Musa bertanya kembali mengapa Nabi Khidir mau menegakkan dinding rumah itu padahal penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Nabi Musa pun menyarankan kepada Nabi Khidir untuk meminta imbalan kepada penduduk negeri tersebut. Nabi Khidir menjawab, “inilah perpisahan antara aku dengan engkau. Aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya”.

Akhirnya mereka berpisah saat itu. Ada sebuah pertanyaan, kenapa Allah menyuruh Musa untuk bertemu Nabi Khidir kala itu. Hal itu karena merupakan momen yang tepat untuk pembelajaran kepada Nabi Musa yang sedang menghadapi kekuasaan Fir’aun. Inilah pelajaran bagi kita. Sang guru tetap konsisten dengan metode pembelajaran yang menurut guru tersebut adalah metode pembelajaran terbaik meskipun mendapat protes dari muridnya. Mendidik calon pemimpin seperti Nabi Musa tentu lebih sulit daripada membina orang biasa. Oleh karena itu, materi dan metode pengajarannya pun berbeda.

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah pertama bahwa Nabi Khidir merusak dan melubangi perahu tersebut. hal itu dilakukan karena ada kapal perompak yang merampas setiap perahu yang lewat di dekatnya. Oleh karena itu, Nabi khidir merusak sedikit penampilan perahu tersebut agar tidak menarik perhatian perompak. Jika kita petik hikmahnya, bahwa yang Nabi Khidir hanya merusak “penampilan” perahu yang artinya organizational performance. Musa adalah pemimpin bani Israil yang sedang mengalami penindasan berat. Hal ini penting untuk menjaga penampilan organisasi. Jangan langsung ambil aksi jika keadaan internal organisasi masih belum siap. Hal itu yang terjadi pada zaman Nabi Musa yang ingin segera mengalahkan kekuasaan Fir’aun dengan kondisi umatnya yang belum mendukung. Tidak mudah membangun kesolidan di organisasi. Musa yang cenderung emosional lebih dan inginnya berontak disuruh menjaga penampilan organisasinya.

Pelajaran dari kisah kedua, ketika seorang anak kecil dibunuh oleh Nabi Khidir. Hal itu dilakukan karena anak tersebut adalah anak nakal yang sering berbuat jahat dan ingkar dan durhaka kepada orang tuanya. Ini mengajarkan bahwa bibit kejahatan harus segera dihilangkan sejak dini. Khidir berkata bahwa tiran yang masih bocah sekalipun (thugyanan) harus dihabisi, termasuk sesungguhnya yang terdapat dalam diri kita sendiri, termasuk juga kesombongan pada Nabi Musa. Oleh karena itu, bunuh tiran di dalam diri kita. ini merupakan peringatan keras yang ditujukan Nabi Khidir kepada Nabi musa. Bagaimana bisa mengalahkan Fir’aun yang bersifat sombong kepada Allah, sedangkan Musa sendiri juga bertingkah sombong (merasa paling pintar) di hadapan kaumnya yang lemah.

Bedanya syariat Nabi khidir dan Nabi Muhammad adalah bahwa syariat Nabi Muhammad banyak bersifat spiritual dan gradual. Oleh karena itu, perlu waktu untuk penerapannya. Ini berbeda dengan syariat pada pelajaran Nabi Khidir dan Nabi Musa yang berlangsung singkat. Oleh karena itu, hati-hati dalam mentafsirkan kejadian yang terjadi pada zaman Nabi Musa karena syariat yang kita pakai adalah syariat Nabi Muhammad. Proses refleksi diri harus berlangsung sadar di dalam diri seorang pemimpin.

Pemimpin yang cerdas akan menggali setiap nilai di balik setiap tindakan dan perilaku fisik. Sebagaimana dalam setiap organisasi juga ada etika dan filosofi di balik prosedur dan aturan main yang baku. Kembali lagi kita harus menanamkan nilai kebersamaan.

Pelajaran ketiga yaitu membangun dinding. Hal ini berarti membangun organisasi dan mempersiapkan generasi yang lebih baik. Kaderisasi pada apapun organisasi sering dipandang sebelah mata karena banyak yang beranggapan tidak dapat memberikan keuntungan secara konkrit. Padahal kaderisasi/ regenerasi merupakan langkah untuk mempertahankan organisasi sehingga organisasi tersebut dapat berkembang lebih baik dari sebelumnya.

Salah satu faktor kelemahan Bani Israil yang belum disadari oleh Nabi Musa saat itu adalah pemahaman mereka tentang sejarah perjuangan kolektif amat lemah. Orang-orang yang sibuk berebut dan mengejar jabatan formal, biasanya abai terhadap aspek pertanggung jawaban dan pertanggung-gugatan. Kita harus menjalankan peran organisasi sebagai generasi pembangun, bukan generasi perusak.

Dari pelajaran perjalan Nabi Musa dan Nabi Khidir,  ada tiga pelajaran yang dapat kita petik hikmahnya yaitu, 
  •  Menjaga penampilan perahu (organisasi)
  • Luruskan motivasi dan rendah hati
  • Bangun dinding organisasi

penulis : Iwan Nurfahrudin
dari kajian TPD PPSDMS

Tidak ada larangan untuk menyebarkan isi dari blog ini asalkan mencantumkan blog ini sebagai sumber

(HAK CIPTA HANYA MILIK ALLAH)

Jika ada kritik atau saran, silakan kirim melalui e-mail ke iwan.nf@dr.com atau iwan_911@muslim.com atau iwan_911@ymail.com



selanjutnya...

Kamis, 09 Desember 2010

Kepemimpinan Profetik (Regenerasi Kepemimpinan Thalut-Daud-Sulaiman)

Catatan Kajian
[Training Pengembangan Diri] PART 1
Pemateri Bang Bachtiar Firdaus
Rabu, 8 Desember 2010, pukul 20.00 s.d 22.00 WIB


Mengapa kita harus mempelajari kisah Nabi Daud dan Sulaiman sebagai contoh kepemimpinan profetik adalah karena banyak hal-hal yang dapat kita ambil pelajarannya dari kisah-kisah tersebut. Hal itu karena pada kisah-kisah tersebut merupakan contoh seorang Nabi yang merajai (Tsaric Prophet) dan raja yang berwatak kenabian (Prophet King). Jadi pada kepemimpinannya dapat dijadikan contoh sebagai seorang pemimpin yang mengintegrasikan antara sisi pemerintahan dan sisi relijius sehingga tidak ada sisi sekulerisasi.

Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Bapak dan Anak, yaitu Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Suatu kala, ketika ada dua orang perempuan datang mengadukan perkara kepada seorang pemimpin (Nabi Daud) mengenai masalah di antara mereka. Keduanya masing-masing mempunyai satu orang anak, namun salah satu dari anak itu diterkam serigala. Namun yang menjadi permasalahan, kedua perempuan itu mengklaim bahwa anak yang selamat dari terkaman serigala adalah anak mereka. Keduanya tidak ada yang ingin mengalah sehingga mengadukan perkaranya kepada Nabi Daud. Setelah Nabi Daud menerima pengaduan tersebut, Nabi Daud akhirnya memutuskan perkara. Dari kedua perempuan tadi, akhirnya Nabi Daud memenangkan perkara kepada perempuan yang paling tua sebagai pemilik dari anak tersebut. Alasan Nabi Daud memilih perempuan yang lebih tua adalah karena seseorang yang berumur (lebih tua) biasanya lebih jujur daripada orang yang lebih muda sehingga Nabi Daud memenangkan perkara kepada perempuan yang lebih tua.

Ketika mengetahui ayahnya telah mengambil keputusan, Nabi Sulaiman meminta izin kepada ayahnya (Nabi Daud) agar menimbang kembali keputusan tersebut. Perkara yang sudah ditetapkan itu akhirnya ditinjau kembali oleh Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman meminta agar anak tersebut diletakkan di hadapannya. Nabi Sulaiman berkata bahwa jika kedua perempuan tersebut tidak ada yang mau mengalah, maka anak yang diperebutkan tersebut akan dibagi menjadi dua dengan cara dipotong dengan menggunakan pedang. Pada saat itu, Nabi Sulaiman melihat ekspresi dari kedua wanita tersebut. Wanita yang lebih tua tidak memperlihatkan perubahan ekspresi pada wajahnya, sedangkan wanita yang lebih muda sangat cemas dan berkata bahwa anak tersebut rela diserahkan kepada wanita yang paling tua daripada dibunuh/dipotong menjadi dua. Akhirnya Nabi Sulaiman memenangkan perkara tersebut kepada wanita yang lebih muda berdasarkan bukti tersebut. Nabi Daud pun ditegur oleh Allah seperti yang dikisahkan pada Qur’an surah Shad (38):21-25.

Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah di atas sebagai contoh sosok pemimpin. Tampak ketika Nabi Daud memutuskan perkara dan memenangkan perempuan yang lebih tua tersebut hanya didasarkan kepada insting dan naluri. Nabi Daud hanya melihat dari sisi kebiasaan saja bahwa seseorang yang lebih tua biasanya lebih jujur daripada seseorang yang lebih muda tanpa didasari dengan pembuktian. Sedangkan Nabi Sulaiman mengambil tindakan untuk membatalkan perkara tersebut dan menimbang kembali sebelum mengambil keputusan. Hasilnya dapat diketahui bahwa anak tersebut adalah anak dari perempuan yang lebih muda, bukan anak dari perempuan yang lebih tua. Inilah yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menghadapi masalah dan pengambilan keputusan. Hendaknya kita memutuskan perkara tanpa bukti. Sama seperti ketika seseorang menerima laporan hasil survey dari subordinarynya. Perlu ada data yang konkrit dan bukti yang nyata sehingga tidak main-main dalam pengambilan keputusan.

Kisah berikutnya juga memiliki nilai-nilai yang dapat kita petik hikmahnya sebagai pengembangan jati diri seorang pemimpin. Masih pada zaman Nabi Daud. Ketika itu ada dua orang pekebun yang mempunyai kebun dan antara kebun yang satu dengan yang lain terletak bersebelahan. Kedua pekebun tersebut juga sama-sama memiliki kambing. Suatu ketika, kambing milik salah satu dari pekebun itu masuk ke kebun milik pekebun yang lain dan merusak tanaman-tanaman yang ada di kebun tersebut. Karena seluruh tanaman tersebut rusak, pekebun tersebut meminta pertanggungjawaban kepada pemilik kambing tersebut. Namun pemilik kambing tidak mau disalahkan karena yang masuk adalah kambing yang tidak memiliki pengetahuan apa-apa. Intinya pemilik kambing meminta agar pekebun yang tidak terima itu memakluminya. Namun pekebun tetap tidak terima dan akhirnya mengadukan kepada Nabi Daud mengenai masalah tersebut.

Karena mendapat pelajaran sebelumnya bahwa seorang pemimpin harus mempunyai bukti dalam memutuskan perkara, kini Nabi Daud menerima pengaduan tersebut memutuskan perkaranya berdasarkan bukti-bukti. Menurut bukti-bukti di lapangan, nyata bahwa kambing-kambing tersebut telah merusak kebun milik pekebun kedua. Maka berdasarkan bukti-bukti tersebut, Nabi Daud memutuskan perkara bahwa pekebun pertama bersalah karena tidak bisa menjaga kambing-kambingnya. Akhirnya pekebun pertama harus menerima keputusan bahwa seluruh kambingnya diserahkan kepada pekebun kedua (yang kebunnya dirusak oleh kambing pekebun pertama).

Namun sekali lagi, Nabi Sulaiman meminta izin kepada ayahnya untuk menimbang kembali keputusan tersebut. Nabi Sulaiman mengambil jalan win-win solution dalam mengambil keputusan dalam permasalahan ini. Akhirnya keputusan pun didapat. Pemilik kambing (pekebun pertama) harus menyerahkan kambingnya selama satu tahun kepada pekebun kedua, sedangkan pekebun kedua harus menyerahkan kebun yang telah dirusak oleh kambing kepada pekebun pertama. Hal ini bukannya tanpa tujuan. Ini dilakukan supaya pekebun kedua bisa merasakan sibuknya mengurus kambing-kambing tersebut dan pekebun pertama bisa merasakan susahnya bercocok tanam.

Pemimpin yang ideal harus mempunyai sikap seperti apa yang dilakukan oleh nabi Sulaiman pada ksah di atas. Ternyata bukti saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah antara dua kelompok/ oramg yang bertikai. Harus dibutuhkan win-win solution juga agar sama-sama tidak ada yang keberatan dengan perkara yang diputuskan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki jiwa sosial dan pandangan yang luas agar dapat menemukan jalan win-win solution kepada kedua kelompok/ orang yang sedang bertikai.

Karakter pemimpin harus menunjukkan kecerdasan dan ketegasan. Pada kasus pertama, keadilan sejati berbasis pada naluri dengan manusia. Sedangkan pada kasus kedua, Sulaiman menerapkan keadilan yang terukur. Sebuah konsep dalam studi ekonomi sosial yang membuktikan bahwa penerapan etika dan metode instrumentalis sejalan dengan perenungan cara dan pencapaian tujuan. (Steven R. Hickerson, 1986). Orientasi pada tujuan (win-win solution) merupakan langkah yang paling tepat dalam menyelesaikan konflik terhadap pihak yang mempunyai pandangan sempit dan hanya mementingkan naluri semata. Tanpa langkah tersebut, konflik yang terjadi justru akan berkepanjangan dan tidak berujung, bahkan menambah menjadi konflik yang lebih besar.

Win-win solution dapat dikatakan sebagai tindakan-tindakan hukum (dari kacamata penguasa) atau putusan-putusan manajerial yang sesuai dengan rasa keadilan umum (fairness). Kriteria yang harus dimiliki untuk menangani masalah
  • Pemahaman masalah (right understanding)
  • Kedalaman analisis (Judgement)
  • Keluasan pengetahuan (knowledge)

Beralih kepada kisah kepemimpinan Thalut. Ketika Thalut ditunjuk sebagai pemimpin, para kalangan elite Bani Israil menuntut protes keras karena Thalut tidak dikenal di kalangan elite Bani Israil. Kondisi tersebut sama dengan keadaan Indonesia saat ini dimana pemikiran tentang kepemimpinan masih dilandasi dengan feodalisme dan kekayaan. Inilah alasan Thalut tidak diterima karena tidak mempunyai kekayaan. 

Kenyataannya, para elite itu hanya ingin mendapat restu/ kartu politik semata. Thalut adalah contoh seseorang yang menjadi contoh dari “nobody” menjadi “somebody”. Kepemimpinan Thalut ternyata berhasil. Hal ini karena pada masa kepemimpinannya, Thalut fokus pada dua hal yaitu melatih kedisiplinan dan membangun rasa kebersamaan. Pada Thalut terdapat kriteria Basthotan fil ‘ilmi wal jism, yaitu memiliki kekuatan ilmu dan fisik (QS Al Baqarah (2) : 247)

Karakter kepemimpinan ada yang relatif tetap dan ada pula yang relatif berubah. Namun yang harus kita ambil ibrohnya mengenal potensi diri dan menyemai kepemimpinan dari sekarang. Kita harus memiliki syarat-syaratnya yaitu ketulusan hati, penguasaan strategi, dan keandalan fisik.

penulis : Iwan Nurfahrudin
dari kajian TPD PPSDMS


Tidak ada larangan untuk menyebarkan isi dari blog ini asalkan mencantumkan blog ini sebagai sumber
(HAK CIPTA HANYA MILIK ALLAH)







selanjutnya...

Selasa, 07 Desember 2010

International Students Essay Contest

Deadline 31 st December 2010 
“Can Character and Communities Survive in an Age of Globalization?”
The Culture of Enterprise Project annually sponsors an international student essay contest on the topic "Can Character and Communities Survive in an Age of Globalization?" The contest is designed to encourage students to reflect on the relationship between free enterprise and the institutions and mores that define a particular culture.
Honorable mentions receive a small library of classic texts. Winning essays are published as an ISI monograph and finalists are honored at the ISI Indianapolis Leadership Conference each Spring.
Contest Award:
1 st place   = US
$10,000
2 nd place = US$  5,000
3 rd place  = US$  2,000
4 th place  = US$  1,500
5 th place  = US$  1,000
selanjutnya...

Senin, 06 Desember 2010

Menulis di Media Massa

[Sharing Alumni] 
Pembicara : Hidayatus Sufyan, ST 

Berdasarkan pengalaman pembicara, sepak terjang di dunia karirnya tidak jauh dari yang namanya menulis. Pertama kali, beliau ditunjuk oleh dosen sebagai asistennya karena tulisannya yang pernah dimuat di harian Pikiran Rakyat dibaca oleh dosen dan dosen tersebut terkesima. Beliau juga ditawari menjadi engineer di sebuah perusahaan di Bandung juga karena tulisannya dibaca oleh petinggi perusahaan. Pria dengan perawakan sedang ini punya beberapa alasan untuk menulis. Menurut beliau, menulis dimulai ketika duduk di kursi dan jari-jari menyentuh keyboard. Apapun tuts keyboard yang Anda tulis, itulah awal mula dari kegiatan yang dinamakan menulis. 

Mengapa Kang Sufyan tertarik untuk menulis? Berikut alasan yang beliau paparkan:

  • Dengan menulis, beliau merasa terlihat lebih pintar karena dengan tulisannya yang banyak di media massa, rating untuk eksistensi beliau pun meningkat, sehingga orang-orang dapat membicarakan beliau.
  •  Ingin mengungkapkan sesuatu dengan tulisan. Sastra yang berkembang sekarang ini bisa membuat orang menangis walaupun hanya sekedar membacanya, contohnya novel. Hal itulah yang ingin beliau ungkapkan ke orang-orang. Beliau ingin agar orang-orang bisa membaca dan memahami apa yang beliau pikirkan dan apa yang beliau rasakan.
  • Historical impulse. Transkripsi-transkripsi sejarah berawal dari kegiatan kecil layaknya kita menulis kecil-kecilan seperti ini. Beliau ingin mengabadikan apa yang terjadi sekarang dengan tulisannya dan kelak akan bisa memberitahu generasi selanjutnya di masa depan mengenai sejarah zaman sekarang. Tujuannya yaitu mencari kebenaran sehingga tidak ada distorsi-distorsi sejarah seperti zaman-zaman dahulu.
  • Tujuan secara politis. Mimpi besar beliau adalah jika tulisannya di media massa dapat mengubah kebijakan politik menuju arah yang lebih baik. Hal ini bukan tidak mungkin. Dengan menulis, opini publik akan terbangun sehingga kita tidak sendirian dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah. Akan ada publik yang “teracuni” oleh tulisan-tulisannya dan siap membantu untuk mengubah kebijakan politik menjadi lebih baik.

Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebelum Anda menulis. Yaitu:

  • Menulis adalah 80% kerja keras dan 20 % inspiration. Jangan memedulikan tulisan tersebut dimuat atau tidak, yang penting teruslah menulis sampai redaksinya bosan menerima tulisan kita sehingga ketika kita mengirim tulisan, langsung dapat dimuat di koran. Menulis harus dilatih karena tulisan kita sebelumnya akan berbeda dengan tulisan kita sekarang ini. Lalu juga jangan lupa untuk selalu membaca artikel orang sebagai bahan bandingan. Hal ini dapat mengembangkan tulisan kita sehingga tulisan kita semakin berkualitas.
  • Ketahui yang ingin kita tulis. Ikuti perkembangan berita yang sedang terjadi sekarang-sekarang ini. Juga jangan lupa bahwa menulis dikaitkan dengan bidang kajian yang kita pahami. Jangan sampai background kita teknik perminyakan, tetapi menulis tentang kedokteran.
  •  Jangan menggunakan bahasa dewa. Kita harus tahu siapa yang membaca tulisan kita. apakah tulisan tersebut ditujukan untuk umum atau bukan. Lalu usahakan tulisan kita dapat dimengerti oleh orang-orang semua kalangan.
  • Fokus pada yang ingin ditulis. Jika kita menulis, usahakan agar fokus terhadap topik. Jangan sampai melebar kemana-mana sehingga alur tulisan menjadi kacau.

Struktur menulis,

  • Opening (pembukaan). Kita harus membuka sesuatu dengan tulisan yang penting sehingga menjadikan orang tidak malas untuk membacanya. Opening juga memperngaruhi tulisan kita berikutnya. Interest publik biasanya terbentuk ketika membaca opening yang Anda buat.
  • The body (isi), isinya tentang 5W1H  yaitu what, who, when, where, why, dan how. Artinya tulisan kita harus mencangkup apakah kejadian yang sebenarnya terjadi(what), siapa saja yang terlibat(who), kapan kejadian tersebut terjadi(when), dimana lokasi TKP-nya(where), mengapa sampai bisa terjadi yang seperti itu(why), dan bagaimana penanganan tentang kejadian itu selanjutnya (how).
  • Kesimpulan. Di bagian ini, Anda dapat menarik kesimpulan tentang tulisan yang Anda buat.


Berikut tips-tips dari beliau agar tulisan yang kita buat dapat “tembus” di media massa.

  • News hook. Artinya tulisan yang Anda buat jangan sampai dibilang kadaluarsa. Kita harus mengikuti perkembangan berita.
  • Memaksilmalkan penggunaan poin penting pada awal tulisan. Jadi semakin kita menulis, permasalahan semakin mengerucut (seperti piramida terbalik).
  • Paragraf yang dibuat jangan terlalu panjang. Sesuaikanlah dengan kriteria pada rubrik opini, features news, atau lain sebagainya.
  • Tulisan kita jangan sampai dibuat subjektif. Artinya walaupun itu rubrik opini, tapi kalau terlalu subjektif (apalagi bertentangan dengan idealisme media tersebut), maka jangan harap tulisan Anda dimuat di media.
  • Jangan menggunakan bahasa sastra. Tulisan yang biasa ada di media merupakan tulisan yang dibuat dalam bahasa berita yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
  • Ingat struktur dasar menulis berita, yaitu 5W1H.
  • Bentuk ekstensi yang digunakan dalam tulisan yang Anda buat sebaiknya jangan menggunakan ekstensi .doc atau .docx. lebih baik kita gunakan ekstensi .rtf (rich text format). Hal ini karena ada beberapa media yang tidak menerima jika software yang digunakan adalah software bajakan, apalagi kita sebagai kalangan pelajar/mahasiswa yang sering dicap sebagai pengguna software bajakan. Jika kita menggunakan format .rtf, probabilitasnya tinggi untuk diterima di media karena .rtf merupakan software bawaan windows. Akan tetapi bagaimana kalau windows-nya bajakan? Silakan pikirkan sendiri.
  • Kita harus tahu idealisme media yang akan kita kirimi tulisan. Sebagai contoh, koran Kompas bersifat moderat. Oleh karena itu, jika teman-teman mengirimkan tulisan ke koran-tersebut, maka isi tulisannya harus berisfat moderat. Lalu harian The Jakarta Post, harian ini biasanya mengikuti perkembangan berita dari harian Amerika The New York Times. Lalu The Jakarta Post juga suka memuat tulisan yang tentang isu sosial di masyarakat, tentang Islam, tentang tayangan di media elektronik, dan lain-lain.
  • Jangan sekali-kali mengirim satu artikel ke dua media dalam waktu bersamaan. Jika Anda ketahuan melakukan hal tersebut, jangan harap artikel Anda selanjutnya diterima oleh redaksi. Kedua media tersebut akan memblacklist Anda jika suatu saat Anda mengirim artikel kembali. 

Demikian semoga bermanfaat.

Ditulis oleh Iwan Nurfahrudin
acara sharing alumni PPSDMS regional 2 Bandung
Senin, 6 Desember 2010, 5.00 - 6.00 WIB
selanjutnya...