Laman

Selasa, 28 Desember 2010

Postpo Syndrome: Sindrom Pascakampus Selepas Lulus

Catatan Kajian 
DPK [Dialog Pasca Kampus] PPSDMS Reg.2 Bandung 
Rabu, 22 Desember 2010, pukul 20.30 s.d. 22.00 WIB 
Pengisi Acara : Kang Fregie, S.E. 


Sesuatu yang biasa terjadi setelah masa kelulusan biasa disebut postpo syndrome. Berdasarkan pengalaman pembicara, setelah lulus beliau tidak tahu harus berbuat apa. Kegiatan-kegiatan yang semasa mahasiswa padat tidak lagi terjadi selepas lulus kuliah. Bandingkan ketika kita di kampus, kita banyak mengemban amanah-amanah yang membutuhkan kita, entah itu amanah organisasi, amanah kepengurusan, dan amanah yang lainnya. Tetapi setelah lulus, rasanya seperti orang bingung hendak berbuat apa. Kita seperti dilepas begitu saja dan tidak ada parameter yang “mengawasi” kita.

Sebetulnya kita tidak perlu kaget dengan gejala postpo syndrome tersebut jika kita mempersiapkannya dengan baik. Jauh sebelum lulus, sebaiknya kita buat rencana atau peta kehidupan yang harus dilakukan selepas kelulusan. Tantangan yang akan kita hadapi pascakampus tidak seperti tantangan kita saat menempuh kehidupan di kampus. Kehidupan pascakampus lebih bebas sehingga tantangan yang akan kita hadapi akan beraneka ragam. Kita tidak bisa menghindari tantangan tersebut. Mau tidak mau tantangan tersebut adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa kita elakkan. Namun tantangan tersebut bisa kita antisipasi dengan persiapan jauh-jauh sebelum kelulusan

Beliau bercerita, tantangan yang paling berkesan saat organisasi adalah ketika membuat jaringan alumni. Jaringan alumni ini sangat bermanfaat bagi kita ketika menempuh kehidupan pascakampus sehingga interest beliau lebih ke arah tersebut. Selain itu, beliau termasuk orang yang suka mencari-cari kerjaan. Hampa rasanya jika tidak ada aktivitas yang harus dilakukan. Ada pelajaran berharga ketika beliau menjadi ketua BEM FE Unpad. Beliau pernah disorot oleh rekan-rekannya dan mahasiswa yang lain bahwa beliau dianggap tidak berwibawa karena pembicaraan beliau yang to the point terlalu tegas dan cenderung langsung ke tujuan. Jika ada yang salah, maka dengan tegas beliau katakan salah, juga sebaliknya. Tetapi apakah yang dikatakan beliau setelah dikritik demikian oleh rekan-rekannya? Beliau menjawab bahwa beliau memiliki sebuah prinsip. Lebih baik tidak berwibawa di mata, tetapi mendapat keputusan yang maksimal dalam organisasi daripada “sok” berwibawa tetapi hasil keputusannya mendzolimi orang lain.

Jika kita pikirkan bagaimana cara Allah untuk menaikkan derajat seseorang itu sangat unik. Banyak cara Allah yang tidak kita duga hingga akhirnya kapasitas kita meningkat tanpa kita sadari. Contohnya ketika masalah yang bertubi-tubi menimpa kita. Itulah ujian dari Allah agar kapasitas kita mengingkat. Orang besar mengemban amanah yang besar. Seseorang yang sangat besar dan berpengaruh pasti memiliki banyak masalah dan dituntut untuk segera menyelesaikannya. Itulah salah satu cara Allah. Hati-hati ketika kita berdoa “Ya Allah, berilah aku kecerdasan...”, namun setelah berdoa demikian, Allah malah memberi tugas-tugas yang banyak dan terkesan sulit untuk diselesaikan. Bagi orang yang berpikiran pragmatis, tentunya mereka akan langsung mengeluarkan pendapat bahwa Allah tidak mengabulkan doa tersebut dan cenderung bersifat su’uzon kepada Allah. Namun kita tidak boleh bersikap seperti itu. Kita harus berpikir bahwa ketika Allah menetapkan suatu kejadian kepada kita, itulah yang terbaik bagi kita. Allah memberi masalah ketika kita berdoa demikian semata-mata untuk meningkatkan derajat kita agar kita bisa menyelesaikan masalah-masalah yang menimpa kita.

Ingatlah, banyak yang harus kita persiapkan untuk kehidupan pascakampus. Sesuatu yang jarang kita temukan ketika menempuh kehidupan pascakampus tersebut adalah sahabat kita. ketika kita menjalani masih berada di kampus, banyak sahabat yang memperhatikan masalah kita dan berbuat untuk kita tanpa pamrih, namun ketika sudah memasuki dunia masyarakat, kita jarang sekali menemukan karakter seperti itu. Oelh karena itu, selagi kita masih berada di dunia kampus, banyak-banyak berbuat baiklah kepada sahabat-sahabat kita. Siapa tahu ketika pascakampus nanti, Allah menolong kita keluar dari masalah-masalah melalui sahabat-sahabat kita.

Selain itu, sesaat setelah kehidupan pascakampus, teman-teman akan disibukkan dengan memikirkan dirinya sendiri dan cita- cita mereka masing-masing. Ada yang ingin melanjutkan kuliah, ada yang ingin kerja, ada yang ingin berwiraswasta, dan lain-lain. Kita akan merindukan masa-masa ketika kita masih kuliah. Jika tidak dibentuk ukhuwah, sahabat-sahabat kita akan larut dengan kesibukannya masing-masing dan tidak memikirkan orang lain, termasuk kita. oleh karena itu, peliharalah ukhuwah dengan sahabat-sahabat kita.
Banyak godaan yang bersifat ke-duniawi-an ketika kehidupan pascakampus. Biasanya godaan yang muncul adalah godaan terhadap harta. Tidak sedikit senior-senior yang memilih untuk bekerja dengan bayaran yang sangat tinggi walaupun kerja di daerah terisolasi sekalipun. Mereka melupakan idealisme ketika mereka mahasiswa dan terlena oleh harta yang mereka dapatkan. namun perlu diingat, tujuan kita hidup bukan sekedar untuk mencari harta. Cukuplah untuk maisyah (penghidupan) untuk keluarga dan sisanya kita kontribusikan untuk dakwah. Itulah cara syaithon menggoda dari sisi mana saja. Janganlah kita lupa terhadap tugas dakwah yang diberikan kepada kita. Amanah dakwah ini bukan hanya ketika kita menjadi aktivis dakwah di Lembaga Dakwah Kampus, namun amanah dakwah itu harus dijalankan selama kita masih hidup di dunia. Itulah tujuan hidup kita.

Aktivitas dakwah di masyarakat sangat berbeda dengan aktivitas dakwah di kampus. Objek dakwahnya pun beranekaragam. Kita pun tidak dituntut untuk hanya ber-­amar ma’ruf, tetapi juga dituntut untuk nahi munkar. Ada cara-cara yang harus diperhatikan ketika kita menegur seseorang yang berbuat salah di masyarakat. Ada tiga diantaranya,

  • Perlakukan diri kita sebagai orang tua
Dalam hal ini, teguran yang kita berikan kepada orang dilakukan dengan memperlakukan diri kta sebagai orang tua. Cara orang tua memberikan suatu nasihat adalah dengan cara menggurui dan memberi justifikasi. Hal ini sangat tepat dilakukan kepada orang yang lebih muda dari kita, namun dengan catatan tidak menyakiti hati lawan bicara.

  •  Perlakukan diri kita sebagai orang dewasa
Orang dewasa lebih berpikir rasional. Kita bisa menasihati seseorang dengan cara demikian dan juga tentunya dengan memberikan alasan-alasan yang rasional. Yang bisa diterima oleh orang-orang sekitar. Hal ini cocok bagi yang ingin berdakwah kepada teman sebaya yang sudah menjadi alumi.

  • Perlakukan diri kita sebagai anak kecil
Fitrah seorang anak kecil adalah selalu ceria dan semangat. Selain itu anak kecil juga banyak bertanya karena memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Cara ini sangat tepat untuk berdakwah kepada orang yang lebih tua dan juga kepada semua orang. Tetapi jangan terlalu kekanak-kanakan sehingga bisa menghilangkan jati diri kita.


Teori-teori tersebut sangatlah aplikatif ketika kita berada dalam organisasi entah itu saat mengenyam pendidikan di kampus maupun di dunia masyarakat pascakampus. Namun perlu kita ketahui, teguran yang paling baik adalah dengan cara bertanya. Kita harus menguasai semua teknik komunikasi tersebut. Kita tinggal memilih cara mana yang paling baik untuk berkomunikasi tergantung keadaan. Oleh karena itu, belajarlah cara komunikasi sejak dini.


Penulis : Iwan Nurfahrudin
dari catatan kajian Dauroh Pascakampus PPSDMS Regional 2 Bandung

Tidak ada larangan untuk menyebarkan isi dari blog ini asalkan mencantumkan blog ini sebagai sumber

(HAK CIPTA HANYA MILIK ALLAH)

Jika ada kritik atau saran, silakan kirim melalui e-mail ke iwan.nf@dr.com atau iwan_911@muslim.com atau iwan_911@ymail.com




Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl
Posting Komentar