Alhamdulillah, setelah setengah tahun vakum menulis di koran, akhirnya kemarin-kemarin diberi kesempatan juga untuk dapat menulis di koran lagi.. :D
dimuat di koran SINDO, 27 September 2011:
Di era modern ini, semakin banyak berdatangan produk-produk luar negeri ke Indonesia menjelang diberlakukannya perdagangan bebas internasional.
Dalam perdagangan bebas, barangbarang dari luar negeri yang masuk ke Indonesia tidak dipungut biaya bea dan cukai sehingga banjir produk luar akan sering terjadi. Produk dalam negeri pun akan bersaing keras dengan produk luar negeri.Perdagangan bebas ini akan sangat menguntungkan bagi konsumen karena konsumen bisa memilih produk-produk unggulan yang murah dan berkualitas, namun perdagangan bebas dapat dijadikan sebagai ajang kompetisi bagi para produsen dalam negeri melawan serangan produk luar.
Langkah untuk menstabilkan produk-produk domestik adalah dengan cara membeli produk buatan dalam negeri.Namun, tak cukup hanya itu, pembangunan pabrik-pabrik untuk memproduksi kebutuhan di dalam negeri pun harus sebanding dengan permintaan pasar.Semakin banyak produsen-produsen domestik yang mendirikan pabrik di Indonesia, semakin banyak produkproduk dalam negeri yang beredar di pasaran yang tentu semakin meningkatkan daya saing produk buatan dalam negeri.
Pabrik-pabrik tersebut tidak akan dapat terealisasikan tanpa ada jiwa entrepreneurship dari masing-masing individu di negara tersebut.Menjadi suatu rule of thumbuntuk menjadikan ekonomi suatu negara mempunyai struktur yang kuat,maka harus memiliki entrepreneurminimal 2% dari jumlah penduduk negara tersebut. Sementara persentase entrepreneur di Indonesia baru 0,18% dari jumlah penduduk. Kita masih kalah jauh dibandingkan dengan negara tetangga,Malaysia 2,1%,Singapura 7,2%, apalagi Amerika 11,5% (Juli 2011).
Hal inilah yang menyebabkan banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di negeri orang. Pendidikan dan pengembangan jiwa entrepreneurship sangatlah cocok dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Saat ini Indonesia butuh 4 juta pengusaha baru untuk memperkuat pasar domestik agar bisa bersaing dengan produk-produk asing.Dengan banyaknya pelatihan dan pendidikan entrepreneurship usia dini, diharapkan lahir jiwa-jiwa entrepreneurship yang bisa menyediakan lapangan kerja.
Pemerintah hendaknya segera mengambil peran untuk mengajak masyarakat mengembangkan jiwa entrepreneurship agar dapat memperbanyak jumlah entrepreneur di Indonesia. Hilangkan pembentukan mental pekerja (worker mindset) dan ciptakan pembentukan mental pengusaha (entrepreneur mindset) untuk menciptakan lapangan kerja.
Dengan demikian, peningkatan kesejahteraan di Indonesia akan berjalan maksimal dan penguatan daya saing pasar domestik pun akan segera terwujud.●
IWAN NURFAHRUDIN
Mahasiswa Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB),
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/430991/
selanjutnya...
dimuat di koran SINDO, 27 September 2011:
Di era modern ini, semakin banyak berdatangan produk-produk luar negeri ke Indonesia menjelang diberlakukannya perdagangan bebas internasional.
Dalam perdagangan bebas, barangbarang dari luar negeri yang masuk ke Indonesia tidak dipungut biaya bea dan cukai sehingga banjir produk luar akan sering terjadi. Produk dalam negeri pun akan bersaing keras dengan produk luar negeri.Perdagangan bebas ini akan sangat menguntungkan bagi konsumen karena konsumen bisa memilih produk-produk unggulan yang murah dan berkualitas, namun perdagangan bebas dapat dijadikan sebagai ajang kompetisi bagi para produsen dalam negeri melawan serangan produk luar.
Langkah untuk menstabilkan produk-produk domestik adalah dengan cara membeli produk buatan dalam negeri.Namun, tak cukup hanya itu, pembangunan pabrik-pabrik untuk memproduksi kebutuhan di dalam negeri pun harus sebanding dengan permintaan pasar.Semakin banyak produsen-produsen domestik yang mendirikan pabrik di Indonesia, semakin banyak produkproduk dalam negeri yang beredar di pasaran yang tentu semakin meningkatkan daya saing produk buatan dalam negeri.
Pabrik-pabrik tersebut tidak akan dapat terealisasikan tanpa ada jiwa entrepreneurship dari masing-masing individu di negara tersebut.Menjadi suatu rule of thumbuntuk menjadikan ekonomi suatu negara mempunyai struktur yang kuat,maka harus memiliki entrepreneurminimal 2% dari jumlah penduduk negara tersebut. Sementara persentase entrepreneur di Indonesia baru 0,18% dari jumlah penduduk. Kita masih kalah jauh dibandingkan dengan negara tetangga,Malaysia 2,1%,Singapura 7,2%, apalagi Amerika 11,5% (Juli 2011).
Hal inilah yang menyebabkan banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di negeri orang. Pendidikan dan pengembangan jiwa entrepreneurship sangatlah cocok dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Saat ini Indonesia butuh 4 juta pengusaha baru untuk memperkuat pasar domestik agar bisa bersaing dengan produk-produk asing.Dengan banyaknya pelatihan dan pendidikan entrepreneurship usia dini, diharapkan lahir jiwa-jiwa entrepreneurship yang bisa menyediakan lapangan kerja.
Pemerintah hendaknya segera mengambil peran untuk mengajak masyarakat mengembangkan jiwa entrepreneurship agar dapat memperbanyak jumlah entrepreneur di Indonesia. Hilangkan pembentukan mental pekerja (worker mindset) dan ciptakan pembentukan mental pengusaha (entrepreneur mindset) untuk menciptakan lapangan kerja.
Dengan demikian, peningkatan kesejahteraan di Indonesia akan berjalan maksimal dan penguatan daya saing pasar domestik pun akan segera terwujud.●
IWAN NURFAHRUDIN
Mahasiswa Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB),
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/430991/